Selasa, 24 November 2015

“Jika Ingin Ilmu Pergilah Ke Mesir.”


Gontor yang telah menjelma menjadi lembaga pendidikan masyhur seantero Nusantara penah ku singgahi. Tidak tanggung – tanggung tujuh tahun detik dan menit telah banyak membekas dalam diri.  Kini negeri Mesir, ada beberapa kalimat yang masih membekas  pernah diucapkan oleh pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Sepenggal kalimat yang terus terngiang, “jika kalian ingin ibadah pergilah ke Mekkah, jika kalian ingin menuntut ilmu pergilah ke Mesir dan jika kalian ingin pendidikan maka pergilah ke Gontor. hingga kini kalimat ini kian menunjukan wujudnya.Negeri Kinanah, negeri yang menjadi ka’batul Qusshod  ulama besar muslim dari zaman dahulu hingga sekarang, tanah yang telah ditempati banyak ulama muslim ini semakin membuatku terpana. Tanah coklat Pondok Gontor, pasir halus Negeri Mesir, dan minta doanya semoga disegerakan menjawab panggilannya Allah untuk beribadah di Mekkah.
Jika bicara tholabul ilmy maka negeri Mesir tidak salah dijadikan salah satu rujukan utama untuk dituju. Apalagi kalau mau belajar agama. Terlepas dari dinamika kehidupan Mesir yang kurang tertata, Mesir telah menjelma menjadi sebuah Negara yang hingga kini tetap menunjukkan eksistensinya didunia keilmuan, khususnya ilmu syar’ie. Ada beberapa hal yang bisa menjadi tolak ukur dalam menuntut ilmu. Diantaranya adalah
·         Peradaban Keilmuan.
Tradisi keilmuan sangat melekat dengan Mesir. Sejak masa dynasty Fathimiyyah pada tahun 971 m, dengan al Azhar-nya. Mesir sangat dominan dalam mempertahankan tradisi keilmuannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan lahirnya ulama – ulama yang mengabdikan diri belajar dan mengajar dinegeri ini. Diantaranya adalah Imam As Syafi’e, Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani, Ibnu Hajar Al Haitsami, Imam Syabrowi, Imam Syarqawy, Muhammad Rosyid Ridho, dan masih banyak lagi.
·         Keikhlasan Ulama
Jangan bernah berfikir jika ulama Mesir memiliki mobil mewah mentereng, dengan supir pribadi yang memakian setelan rapih. Atau mungkin datang dengan kawalan pengawal yang menjaga dan siap melindungi kapanpun dibutuhkan. Ulama di negeri ini tak bedanya kami, mahaswa Mesir yang pergi dari rumah ke kampus dengan bs umum. Maka kita pun tanpa kesulitan melihat para ulama berdiri berdesakan didalam bis karena tidak kebagian tempat duduk. Kadang ada saja mahasiswa atau warga Mesir asli yang rela mempersilahkan duduk sebagai tanda hormat pada ulama. Gaya hidup yang sedehana ini muncul bukan dikarenakan kehidupan yang pas – pasan tapi lebih kepada jiwa dan akhlaq yang telah dihiasi dengan iman dan taqwa.
·         Manuskrip
Bukan hal sulit untuk mencari marja’ atau rujukan di negeri ini. Thullabul ilmy  akan dimanjakan degan kelengkapan manuskrip (kitab klasik) yang ada di negeri Mesir. Bahkan setiap tahunnya terdapat layaknya pameran buku dunia yang dipusatkan di Mesir. Pameran ini berhasil menarik penuntut ilmu untuk singgak ke Mesir hanya sekedar mencari rujukan yang dibutuhkan.
·         Atsar Ulama

Dan yang terakhir yang mungkin dapat menjadi rujukan bagi penuntut ilmu adalah, banyaknya atsar ulama yang masih terjaga rapi oleh pemerintah. Seperti masjid – masjid dan makam para auliya. Hal ini seringkali mengingatkan akan peradaban keilmuan islam yang Berjaya di eranya. Dan juga pengingat bahwa telah banyak manusia yang telah dipilih Allah SWT untuk memikul agama ini dengan mengeluarkan semua kemampuan dalam menuntut ilmu.(ibnuidris) 

3 komentar: