Rabu, 08 Maret 2017

Surat Cinta Ad Dzikr Untuk Manusia


Judul dari tulisan ini tidak ada hubungannya dengan lyric lagu Virgoun, Surat Cinta untuk Starla yang sekarang lagi booming diranah masisir, entah kenapa. Walaupun harus saya akuin lagunya enak didengar. Kembali ke laptop, Ad Dzikr merupakan salah satu dari nama Al Quran yang memang telah ditetapkan para ulama. Ia Merupakan bentuk masdar dari dzakara, yang sebenarnya mengandung makna ajektif, Pengingat.

Pengingat al Quran itu akan benar-benar terasa di beberapa halaman akhir dari Al Quran. Menurut klasifikasinya memang bagian ini merupakan kumpulan dari surat-surat makkiyah yang dirancang sedemikian rupa selayak refleksi bagi umat muslim yang lupa akan tujuan hidupnya, akhirat. Gugusan ayat pendek dengan diksi yang luar biasa indah, namun tak meninggalkan unsur intristiknya yaitu sebagai tandzir, peringatan menjadikan seorang pembaca al Quran akan menemukan suatu momen tersendiri walaupun ia tidak memahami bahasa arab.

Walaupun berbagai macam dzikr ditemukan diberbagai halaman dalam akhir-akhir al Quran, seperti hal ihwal metafisis seperti keadaan neraka dengan macam siksaannya tidak menjadikan al Quran kehilangan peminatnya (karena ketakutan). Bahkan pembaca seakan dibawa dengan tidak sadar pada sebuah gambaran fase kehidupan yang akan benar-benar dirasakan, pembalasan atas apa yang telah dilakukan didunia, apabila kebaikan maka baiklah akhirnya, begitupun sebaliknya.

Namun bagi saya, bagian akhir al Quran inilah sebenarnya surat Cinta dari al Quran. Walaupun dalam bentuk peringatan, ancaman dan terkesan ‘menakut-nakuti’ al Quran dengan berbaik hati memaparkan segala hal yang akan terjadi di akhirat. Bagaimana tidak, berbagai bentuk kehidupan nanti telah disebutkan dengan begitu jelas. Sebagai contoh, tentang penyesalan orang kafir di surat al Mulk, mereka berkata “andaisaja aku mendengar, atau aku berfikir maka aku tidak masuk golongan penghuni sa’iir (neraka).” Bentuk cinta al Quran adalah ajakan untuk berfikir, merenung, mentadabburi bahwa setiap ayat ini benar-benar akan terjadi.


Cinta bagi al Quran adalah penuntun yang melindungi, menaungi, menasehati, bukan membiarkan, skeptis, acuh. Dan Al Quran telah berhasil menunjukannya di juz-juz akhir-nya. Ayat pendek yang tegas, kuat tetapi tetap menggambarkan kasih itulah gambaran saya pada akhir-akhir al Quran. Sangat jauh jika dibilang tulisan ini telah mewakili keseluruhan dari akhir-akhir al Quran atau bahkan cinta al Quran sendiri pada umat, namun bagi saya torehan tinta ini sekaligus penambah motivasi saya yang sedang berkasih dan bersayang dengan juz 29.