Menurut Dino
Patti Djalal kata Diaspora Indonesia dapat diartikan menjadi empat
pengertian, pertama warga negara Indonesia yang tinggal dan
menetap diluar negeri dan memiliki paspor Indonesia, kedua warga indonesia yang
menetap diluar negeri telah menjadi warga Negara lain dikarenakan naturalisasi
dan tidak lagi memiliki paspor Indonesia, ketiga adalah warga Negara asing yang
tinggal diluar negeri memiliki hubungan darah dan sesepuh dari Indonesia, dan keempat adalah
warga Negara asing yang memiliki integritas dan kecintaan pada Negara
Indonesia. Keseluruhan dari keempat kelompok ini merupakan cerminan dari entitas
bangsa yang memiliki rasa mendalam kepada Indonesia.
Setiap kelompok diaspora
di berbagai belahan bagian bumi memiliki cara tersendiri untuk membuktikan
integritasnya pada Indonesia. Terdapat beberapa kelompok yang mencoba mengenalkan kebudayaan
dan kreatifitas bangsanya dikancah Internasional seperti yang ditunjukan oleh Diaspora Bristol, Inggris yang mengadakan pentas dongeng
khas Indonesia seperti Bawang Merah Bawang Putih, Timun Mas dan Lutung Kasarung
pada acara Indonesian Festival yang diadakan oleh IDN. Sementara itu Diaspora
Manila, Filipina mengadakan sebuah acara bertajuk Indonesian Gathering, disana
para delegasi Indonesia mementaskan tarian khas Indonesia. Juga Diaspora Kairo,
Mesir yang berhasil memperkenalkan budaya Indonesia melalui salah satu stasiun
televisi nasional pada rakyat Mesir seperti pencak silat, kesenian anklung dan beberapa
tarian daerah. Dan masih banyak lagi kreativitas Diaspora Indonesia lainnya yang tidak mungkin
saya sebutkan satu persatu di pembahasan singkat ini.
Melalui agenda-agenda
tersebut banyak respon positif yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sendiri,
karena tak lain budaya dan kesenian daerahnya yang tersebar luas dan dihargai
oleh masyarakat mancanegara. Secara tidak langsung hal ini dapat memoles kesan
warga dunia pada Indonesia dan akan menarik banyak investor yang pasti mendongkrak
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dan tentunya akan menarik dollar,
pound sterling, dan mata uang lainnya ke Indonesia. Namun, apakah hanya sampai
disini tugas yang diemban oleh para Diaspora Indonesia di berbagai belahan
dunia? Jawabannya tidak. Dirasa sangat naïf disaat dunia krisis keamanan,
ekonomi, sosial dan budaya para Diaspora Indonesia hanya menitikberatkan
pengenalan budaya Indonesia yang bersifat materialistis.
Seakan terlupa
pada definisi nilai budaya itu para Diaspora Indonesia terkesan lebih mengedepankan
pertunjukan keanekaragaman kesenian yang terdapat di Indonesia dan
mengesampingkan sistem nilai dari budaya yang berjalan Indonesia.
Koentjaraningrat seorang antropolog Indonesia memaparkan bahwa sistem nilai
budaya merupakan konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup dalam alam fikiran sebagian
besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus dianggap penting dan
berharga. Seyogyanya di era konflik dan perpecahan masyarakat ini para diaspora
dapat pula mengkampanyekan sistem nilai budaya bangsa Indonesia yang telah
menjadi konsepsi kehidupan bermasyarakat yang layak untuk ditiru oleh bangsa
lain. Seperti nilai-nilai fundamentalis bangsa ini yang tertuang dalam
Pancasila untuk kemudian direpresentatifkan oleh masyarakat Indonesia dengan
menghargai perbedaan, menciptakan perdamaian, dan mengedepankan persatuan.
Karena sejatinya
Indonesia merupakan miniatur umum peta dunia. Dengan gugusan kepualauan dari
Sabang sampai Merauke yang lebih dari 17000 pulau dengan ragam bahasa dan
budaya yang tak terhitung jumlahnya mampu melebur mendobrak benteng-benteng
pemisah antar satu suku dan lainnya, dan menyatu dalam sebuah semboyan
bhineka tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu jua. Budaya untuk saling
menghormati, menghargai, dan mencintai antar sesama terus diusung oleh bangsa
ini. Hingga menimbulkan sebuah simbiosis kehidupan bernegara yang aman terjauh
dari potensi konflik antar bangsa, suku dan agama sebagaimana yang menjangkiti
masyarakat dunia dewasa ini.
Jika budaya
dalam stereotype ini dapat diperkenalkan di dunia internasional melalui
diaspora –diaspora kebanggaan Indonesia, maka penilaian dunia pada Indonesia
tidak hanya sebatas negara berdaulat dengan keanekaragaman seni dan budaya, melainkan
negara berdaulat yang sukses menerapkan konsep independen budaya di negaranya.
Sehingga paling tidak mampu sedikit menginspirasi dunia dalam menciptakan miliu
masyarakat dunia terkhusus dalam menyikapi berbagai konflik yang ramai terjadi
akhir-akhir ini. Dan pada akhirnya, bisa dikatakan perjuangan para diaspora Indonesia
untuk menjadi ‘arif dalam mengkampanyekan budaya Indonesia baru setengah
perjalanan. Dan akan masih terus diuji untuk memberikan permisalan perdamaian
dan kasih sayang bagi dunia. Karena sejatinya misi umat manusia di bumi ini
adalah menciptakan hunian yang damai dan kondusif bagi siapapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar