Dalam
ilmu ekonomi ada istilah yang sangat menentukan tingginya omset suatu kegiatan
jual beli, istilah itu kita kenal dengan marketing. Dewa Eka Prayoga, seorang
entrepreneur muda berasal dari kota Kembang yang sukses mengembangkan berbagai bisnisnya dalam sebuah seminar berkata: “apakah
yang paling menentukan suksesnya suatu bisnis, banyaknya pelanggan atau baiknya
pelayanan?”, Secara serempak dan senada hadirin (termasuk penulis) bersorak
banyaknya pelanggan. Tidak ada yang salah dengan jawaban hadirin, karena memang
barometer kesuksesan jalannya usaha memang dari kuantitas pelanggan yang hadir
dan membeli barang jualan. Tapi apakah hal itu yang paling utama dalam bisnis? Apakah
hanya sekedar penjual yang membuka lapak jualan lantas serta merta pembeli
datang dan keuntungan datang begitu saja?. Pemuda yang akrab disapa Mas Dewa ini
pun menegaskan, bahwa hal yang paling menentukan kelangsungan dan kelancaran
bisnis adalah baiknya pelayanan. Dengan
baiknya pelayanan maka dipastikan pelanggan akan datang, begitupun sebaliknya. Maka
pelayanan dan ilmu-ilmu lainnya sebut saja: Marketing, branding, selling
dan lain sebagainya merupakan kunci perantara lancarnya bisnis. Jika proses
–perantara- yang dilakukan sesuai dan sejalan dengan tujuan, maka jalan
kemanapun akan mudah untuk dilalui.
Sabtu, 20 Agustus 2016
Perantara Dan Tujuan
Dalam
ilmu ekonomi ada istilah yang sangat menentukan tingginya omset suatu kegiatan
jual beli, istilah itu kita kenal dengan marketing. Dewa Eka Prayoga, seorang
entrepreneur muda berasal dari kota Kembang yang sukses mengembangkan berbagai bisnisnya dalam sebuah seminar berkata: “apakah
yang paling menentukan suksesnya suatu bisnis, banyaknya pelanggan atau baiknya
pelayanan?”, Secara serempak dan senada hadirin (termasuk penulis) bersorak
banyaknya pelanggan. Tidak ada yang salah dengan jawaban hadirin, karena memang
barometer kesuksesan jalannya usaha memang dari kuantitas pelanggan yang hadir
dan membeli barang jualan. Tapi apakah hal itu yang paling utama dalam bisnis? Apakah
hanya sekedar penjual yang membuka lapak jualan lantas serta merta pembeli
datang dan keuntungan datang begitu saja?. Pemuda yang akrab disapa Mas Dewa ini
pun menegaskan, bahwa hal yang paling menentukan kelangsungan dan kelancaran
bisnis adalah baiknya pelayanan. Dengan
baiknya pelayanan maka dipastikan pelanggan akan datang, begitupun sebaliknya. Maka
pelayanan dan ilmu-ilmu lainnya sebut saja: Marketing, branding, selling
dan lain sebagainya merupakan kunci perantara lancarnya bisnis. Jika proses
–perantara- yang dilakukan sesuai dan sejalan dengan tujuan, maka jalan
kemanapun akan mudah untuk dilalui.
Sudah
menjadi syarat yang tidak dapat dipisahkan bagi seorang tholibul ilmy
untuk bersungguh-sungguh, fokus, dan konsentrasi dalam menuntut ilmu. Dalam kitab
Ta’lim Muta’allim Syeikh Abu Thoyyib berkata : على قدر
اهل العزم تأتى العزائم – وتأتى على قدر الكرام المكارم . Proses panjang seorang
penuntut ilmu memang membutuhkan waktu, tenaga dan fikiran yang tidak sedikit. Macam-macam jenis ujian seorang penuntut
ilmu pun silih berganti datang. Dimulai dari ujian kehidupan yang datang tidak
kenal waktu, hingga ujian yang telah ditentukan oleh masing-masing instansi
pendidikan yang pasti menuntut keseriusan dan ketekunan. Tapi, terkadang
sebagian tholibul ilmy sering terlena akan hakikat dari perjalanan
panjang menuntut ilmu. Hilang arah dalam
menentukan perantara dan tujuan sehingga
menjadikan hal-hal yang hakikatnya perantara dikedepankan menjadi
tujuan, sehingga tujuan utama yang seharusnya terus digenggam hilang entah
kemana. Dalam ilmu hakikat (tashawuf) dijelaskan bahwa hakikat utama dari
seorang saalik adalah Tuhan, jika dalam proses mencapai hakikat ternodai
oleh kepentingan sesaat maka dipastikan tujuan utama tak akan tercapai.
Masa – masa ujian yang
akan berlangsung akhir ini selayaknya menjadi lampu kuning bagi setiap penuntut
ilmu, agar mempersiapkan segalanya, tidak hanya fisik ekstra namun juga hal
yang lebih esensial lagi yaitu prinsip untuk menjadikan ujian sebagai perantara
yang akan membawa pada ridho Allah SWT. والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا (العنكبوت 69)
. Dengan menjadikan ujian
sebagai perantara pada ilmu, telah menerangi jalan seorang penuntut ilmu.
Karena pada dasarnya ujian diadakan dengan tujuan untuk mematenkan dan melihat
perkembangan kadar keilmuan seseorang.
Tidak selayaknya seorang penuntut ilmu menjadikan
ujian sebagai tolak ukur dari keberhasilan. Sering kita mendengar pepatah
bahasa arab: بالامتحان يكرم المزؤ او يهان “dengan ujian seorang manusia bisa mulia,
dan juga bisa terhina.“ Dikatakan mulia apabila manusia mampu menjadikan ujian
sebagai sarana pengembangan diri untuk bisa lebih baik lagi untuk memahami
ilmu, dan dikatakan terhina apabila ia menjadikan ujian itu sendiri sebagai
tujuan dari belajar. Sehingga hilanglah hakikat dari ilmu dari dalam dirinya.
Jika sikap dalam memandang ujian masih terletak pada ujiannya, seorang manusia
bisa terjebak pada dilema menyesatkan yang menggiring pada kesalahan yang
menerus snowball effect. Jika pada awalnya hanya menjadikan ujian
sebagai patokan, maka esok akan melihat ilmu dari sekumpulan text yang tidak
berbuah pada penerapan di dalam kehidupan. Wal’iyyadz billah min ‘ilmin bila
‘amal.
Setelah memahani
hakikat ujian, maka hakikat ilmu akan sedikit jelas. Karena ujian adalah
perantara, layaknya marketing dalam ilmu ekonomi yang memerlukan keseriusan,
kesabaran dan ketelatenan untuk mencapai pencapaian maksimal dalam omset. Ujian
pun perlu dihadapi dengan seluruh jiwa dan raga dengan tanpa melupakan esensi
utama dari ujian, yaitu perantara menuju tujuan utama yaitu menghasilkan ilmu
yang bermanfaat dengan ridho Allah sebagai patokannya.خير الناس انفعهم للناس (Ibnuidris)
Langganan:
Postingan (Atom)